MASIGNCLEAN101

Kewirausahaan Break Event Point

Pada tahap perencanaan salah satu hal yang penting harus dilakukan adalah menentukan titik pulang pokok. Titik pulang pokok atau yang lebih dikenal dengan istilah Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu belum memperoleh keuntungan tetapi tidak menderita kerugian. Dengan kata lain jumlah hasil penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Mengingat tujuan berusaha adalah ingin memperoleh keuntungan, sehingga berarti pengusaha harus menghasilkan atau menjual lebih besar dari pada titik pulang pokok. Dengan demikian akan timbul persoalan, mampukan menghasilkan atau menjual lebih besar dari BEP. Sebaliknya apabila tidak mampu menghasilkan lebih besar dari BEP, cara yang lebih baik apabila usaha itu tidak diteruskan.
Tujuan sebuah perusahaan adalah memperoleh laba. Oleh karena itu semua kegiatan usaha diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Memperoleh laba dapat dilakukan dari sisi pendapatan, sisi pengeluaran, maupun kombinasi keduanya. Dari sisi pengeluaran, laba dapat dihasilkan dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Dari sisi penerimaan, laba dapat dihasilkan dengan memaksimalkan penjualan. Yang paling optimal adalah mengkombinasikan keduanya, yaitu meminimalkan biaya dari satu sisi dan memaksimalkan penjualan dari sisi lain.
Adapun kegunaan dari break even point adalah :
a. Sebagai pedoman untuk menentukan volume produksi dan penjualan
b. Sebagai pedoman untuk mengendalikan operasi kegiatan usaha.
c. Sebagai pedoman untuk merencanakan tingkat laba yang diharapkan.
Cara lain untuk menghitung TPP / BEP dengan cara Trial and Error yaitu : dilakukan dengan coba-cobayaitu dengan menghitung keuntungan neto dari suatu volume produksi/penjualan barang tertentu. Agar lebih jelas, di bawah ini diberikan contoh perhitungannya.
Soal :
Diketahui :
- volume produksi 10.000 unit
- biaya tetap Rp 400.000,00
- biaya tidak tetap Rp 50,00
- harga jual produk per unitnya Rp 100,00
Ditanyakan :
Keuntungan produk netonya ?
Jawabannya;
(10.000 x Rp 100,00) – (Rp 400.000,00 + (10.000 x Rp 50,00)
Rp 1.000.000,00 – (Rp 400.000,00 + Rp 500.000,00)
Rp 1.000.000,00 – Rp 900.000,00 = Rp 100.000,00
Perusahaan disini memperoleh keuntungan sebesar Rp 100.000,00.
Jika volume produksi sebanyak 8.000 unit, bagaimana break even point-nya ?
Jawab ;
(8.000 x Rp 100,00) – (Rp 400.000,00 + (8.000 x Rp 50,00)
Rp 800.000,00 – (Rp 400.000,00 + 400.000,00)
Rp 800.000,00 – Rp 800.000,00 = Rp 0 (nol)
Disini ternyata bahwa dengan volume produksi / penjualan 8.000 unit , maka break even point-nya dimana netonya sama dengan 0 (nol).
Contoh lain perhitungan dengan perhitungan aljabar dilakukan atas dasar volume unit produksi yang dibuat perusahaan. Rumusnya yaitu :
BEP = PC
P - V
(Q)
Keterangan :
P = harga jual per unit
V = biaya variable per unit
PC = biaya tetap
Q = jumlah unit (kuantitas) produk yang diharapkan dan dijual
Soal
Diketahui
- Volume produksi 8.000 unit
- Biaya tetap Rp 400.000,00
- Biaya tidak tetap Rp 50,00
- Harga jual produk per unitnya Rp 100,00
Ditanyakan :
Break even pointnya ? perusahaan harus memproduksi berapa unit ?
Jawabannya :
BEP = Rp 400.000,00
Rp 100,00 – Rp 50,00
= 8.000 unit
Agar supaya break even pointnya 0 (nol), maka produksi perusahaan harus laku terjual sebanyak 8.000 unit atau harus memproduksi 8.000 unit. Jadi hasil dari perhitungan BEP haruslah tepat sama besarnya dengan biaya total.
Laba merupakan selisih antara penerimaan dan biaya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

……………………………….(1)
Keterangan : P = Laba / Rugi (profit)
TR = Total penerimaan (pendapatan)/ Total revenue
TC = Total biaya (Total cost)
Bila TR > TC, maka perusahaan memperoleh keuntungan
Bila TR < TC, maka perusahaan mengalami kerugian
Bila TR = TC, maka perusahaan tidak memperoleh untungatau tidak mengalami kerugian.kondisi ini disebut kondisi titik impas/pulang pokok/break event point.
Penerimaan diperoleh dari total penjualan, yaitu total barang yang dijual dikalikan dengan harganya,
……………………………. (2)
Keterangan : SP = Harga per unit (Selling price)
Q = Jumlah barang terjual/yang diproduksi
Total biaya diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya, biaya tetap dan biaya variable yang dikeluarkan perusahaan.
……………………………...(3)
Keterangan : FC = Total biaya tetap (Fixed Costs)
VC = Total biaya Variabel (Variabel Costs)
vc = Biaya variable per unit
Q = Jumlah barang yang diproduksi
Contoh :
a. Harga jual per unit = Rp 75,00
TR = 75 Q
b. Biaya tetap per periode = Rp 300.000,00
Biaya variable per unit = Rp 25,00
TC = 300.000,00 + 25,00
c. QBEP = 300.000,00
75 – 25
= 300.000,00
50
= 6.000 unit
d. Pada produksi 6.000 unit
P = TR – TC
= 75 x 6.000 – (300.000 + 25 x 6.000)
= 450.000 – 300.000 – 150.000
= 0
Jadi laba = Rp 0,00
NB : Jika perusahaan mengalami kondisi tidak untung ataupun tidak rugi, maka perusahaan berada dalam kondisi pulang pokok atau Break Event Point

Share This :
Ari Kristianto