MASIGNCLEAN101

Penggunaan Ungkapan Yang Santun

berita-tidak-kourum-rapat-timwas-century-gagal-ambil-kesimpulan-12222_aSantun dan tidak santun banyak terkait dengan situasi pembicaraan. Dalam situasi bergurau dengan teman akrab kita lebih bebas memilih kata, bentuk kata ataupun ungkapan. Namun demikian penutur bahasa yang bernurani akan tetap membatasi diri dengan tidak mengeluuarkan ungkapan yang menyakiti pihak lain. Orang yang bijaksana akan sangat hati-hati untuk mempredikati seseorang dengan kata atau ungkapan bodoh, tolol, bajingan, maling, rampok dan sebagainya

Dalam situasi resmi seperti seminar, pidato dan situasi resmi lainnya kita tentu menghindari kata-kata gaul seperti : nyokap, bokap, loh, gitu dan sebagainya. Selain itu kita tentu memilih kata bentukan yang baku daripada kata bentukan nonbaku. Misalnya, kita tentu memilih kata berbicara, berdagang, menulis, memboncengkan, merebus daripada bicara, dagang, nulis, mboncengkan, ngrebus dan semacamnya.

Komunikasi sehari-hari sering menuntut penggunaan polaritas tutur sapa :saya atau kami dan kamu atau kalian, serta saudara, anda, bapak atau ibu. Dalam situasiakrab sering kita jumpai aku atau gua, serta lo atau ente. Hal tersebut selain menegaskan siapa yang berbicara (komunikatornya) dan siapa mitra bicaranya (komunikannya) juga mencerminkan sikap kita. Kesalahan memilih kata untuk polaritas tutur sapa akan mengakibatkan pihak lain merasa kurang dihormati

Penggunaan kata, bentuk kata dan ungkapan selain berimplikasi bagi penciptaan situasi, juga dimaksudkan untuk membuat variasi dan menegaskan maksud tertentu. Jika kita menginginkan situasi komunikasi yang cair dan akrab, gunakan kata dan bentuk kata-kata pergaulan. Tetapi jika situasinya resmi gunakanlah bahasa resmi atau bahasa baku

Untuk menyatakan maksud secara lugas, kita dapat menggunakan bentuk-bentuk kata biasa sedangkan untuk membangkitkan efek komunikasi kita dapat menggunakan maksud tertentu secaraa kias dengan menggunakan ungkapan(idiom). Kemampuan menggunakan kata/ungkapan secara bervariasi dengan memperhatikan situasi berbahasa akan membuat komunikasi terasa lebih menarik

Share This :
Ari Kristianto