MASIGNCLEAN101

Net Present Value (NPV) Dan Internal Rate Of Return (IRR)

Pada umumnya jumlah usul-usul investasi yang diajukan di dalam perusahaan lebih banyak daripada besarnya dana yang tersedia untuk dapat membelanjainya. Berhubung dengan itu maka perlu diadakan penilaian terhadap usul-usul investasi yang diajukan, untuk kemudian diadakan “ranking” atas dasar suatu kriteria tertentu. Pada akhirnya berdasarkan ukuran yang ditetapkan oleh perusahaan dapatlah dipilih usul-usul proyek mana yang dapat diterima., mana yang ditolak, dan mana yang ditunda pelaksanaannya.
Ada berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada aliran kas (cash flow) dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku. Yaitu bahwa untuk dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Kita mengetahui bahwa keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas, sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan ayng dilaporkan dalam buku.
Setiap usul pengeluaran modal (capital axpenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas (cash flow) yaitu :
1. aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu yang diperlukan untuk investasi baru, dan
2. aliran kas masuk neto tahunan (net aanual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “net cash proceeds” atau cukup dengan istilah “proceeds”
ada berbagai metode penilian proyek investasi atau metode untuk menyusun “ranking” usul-usul investasi. 4 (empat) metode penilaian usul-usul investasi, yaitu :
1. Payback period
2. Net present value
3. Internal rate of return. (yield method)
4. Accounting rate of return
Tiga metode yang pertama mendasarkan diri pada aliran kas (cash flow) atau “proceeds”, sedangkan metode yang terakhir menggunakan keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income) sebagai dasar perhitungannya.
Keempat metode penilaian usul investasi tersebut akan diuraikan masing-masing secara tersendiri, dan pertama-tama akan dimulai dengan uraian tentang metode “Payback period”

a. Payback period (periode payback)
Payback period (periode payback) adalah suatu metode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto (net cash flow). Dengan demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukanagar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan.
Contoh soal :
Jumlah investasi Rp 45.000,00
Jumlah proceeds tahunan Rp 22.500,00
Payback period Rp 45.000,00 x 1 tahun = 2 tahun
Rp 22.500,00
Ini berarti bahwa dana yang tertanam dalam aktiva tersebut sebesar Rp 45.000,00 sudah akan dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam waktu 2 (dua) tahun. Sesudah payback dapat dihitung, maka tahap berikutnya adalah membandingkan payback period dari investasi yang diusulkan itu dengan “maksimum payback period” yang dapat diterima. Apabila payback period dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada payback period maksimum, maka usul investasi tersebut dapat diterima.

Sebaliknya apabila payback periodnya lebih panjang daripada payback period maksimum, maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini didasarkan pada pertimbangan tentang pentingnya dipertahankannya likuiditas perusahaan. Juga konsep ini sejauh mungkin mengurangi unsure ketidakpastian yang ada pada investasi. Hal ini disebabkan karena semakin pendek usia suatuinvestasi, semakin kecil resiko ketidakpastian yang mungkin ditimbulkannya. Dalam contoh tersebut di atas apabilaperusahaan telah menetapkan payback period maksimum 3 tahun, maka usul investasi penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima.
Metode payback ini karena sederhananya dan karena sangat mudah perhitungannya, metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan prinsipiil sebagai berikut :
1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya criteria ini bukan alat pengukur”profitability”, tetapi alat pengukur “rapidity” kembalinya dana.
2. Metode ini juga mengabaikan “time value of money” (nilai waktu dari uang)

b. Metode Present Value
Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari metode payback period, maka dicarilah metode-metode lain. Salah satu metode tersebut adalah apa yang disebut metode ‘Net Present Value’ atau sering hanya disebut metode “Present Value”.
Oleh karena metode ini memperhatikan “time value of money” maka proceeds ayng digunakan dalam menghitung Net Present Value (NPV) adalah proceeds atau “cash flow” yang didiskontokan atas dasar biaya modal (Cost of Capital) atau “rate of return” yang diinginkan. Dalam metode ini pertama-tama yamg dihitung adalah nilai sekarang (present value). Kemudian jumlah “present value” (PV) dari keseluruhan proceeds selama usianya dikurangi dengan Present Value dari jumlah investasinya (initial invesment). Selisih antara PV dari keseluruhan proceeds dengan Present Value dari pengeluaran modal (“capital outlay” atau “initial invesment”) dinamakan “nilai sekarang neto” (Net Present Value / NPV). Apabila jumlahnya Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan lebih besar dari pada Present Value dari investasinya maka usul investasi dapat diterima. Sebaliknya kalau jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds lebih kecil daripada Present Value dari investasinya yang ini berarti bahwa Net Present Value-nya negatifmaka usul investasi tersebut seharusnya ditolak.

c. Metode “Internal rate of return”. (Yield Method)
Metode penilaian usul-usul investasi lain yang menggunakan “discounted cash flow” adalah apa yang disebut metode “internal rate of return”. Pengertian “internal rate of return” itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (Present Vlue of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (Present Value of capital outlays). Pada dasarnya “internal rate of return” harus dicari dengan cara “trial and error” dengan serba coba-coba.

d. Metode “Accounting rate of return”
Metode “Accounting rate of return” atau sering juga disebut “Average rate of return” menunjukkan presentase keuntungan neto sesudah pajak dihitung dari “Initial invesment”. Metode “Accounting rate of return” ini mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income). Kebaikan dari metode ini adalah pada kesederhnaannya dan mudah dimengerti. Metode ini dalam perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia, sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Sesudah Accounting rate of return ini dihitung, tahap berikutnya ialah mencocokannya dengan “minimum accounting rate of return” yang dianggap wajar oleh perusahaan. Apabila accounting rate of return ini lebih besar daripada “minimum accounting rate of return” maka usul investasi tersebut dapat diterima, sebaliknya jika lebih kecil, seharusnya usul investasi tersebut ditolak.
Sebagai kelemahan dari metode ini dapat disebut sebagai berikut :
1. Tidak memperhatikan “time value of money”.
2. menitik beratkan pada masalah accounting, dan kurang memperhatikan data cash flow dari investasi yang bersangkutan.
3. merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka raata-raata yang menyesatkan.
4. Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi.
Kalau kita harus memilih salah satu dari beberapa usul investasi dengan menggunakan metode ini, maka kita akan memilih memilih usul investasi yang dapat menghasilkan “Accounting rate of return” yang paling besar.

Share This :
Ari Kristianto